Jika bagian akhir Surah an-Nziat menjelaskan tugas Nabi sebagai pemberi peringatan tentang hari kiamat, maka pada permulaan Surah Abasa Allah menyebutkan siapa yang akan mendapatkan manfaat dari peringatan tersebut. Disebutkan bahwa seorang pria buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum, anak paman Khadijah, menghadap Nabi untuk meminta petunjuk. Ketika itu Nabi tengah berdakwah kepada para pemuka Quraisy. Nabi kurang berkenan dengan kedatangannya. Muka Nabi menjadi masam. Atas perilaku tersebut Allah menegurnya dengan halus. Teguran ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukanlah perkataan Nabi melainkan kalamullah. Dengan teguran itu Allah menghendaki agar Nabi Muhammad melakukan hal yang lebih utama, yaitu memperhatikan orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran dan berpegang teguh dengan Islam. Dia, Nabi Muhammad, berwajah masam karena kedatangan Ibnu Ummi Maktum, dan berpaling darinya untuk melanjutkan pembicaraan dengan pemuka Quraisy.