Al-An'am Ayat 20

اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْرِفُوْنَهٗ كَمَا يَعْرِفُوْنَ اَبْنَاۤءَهُمْۘ اَلَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَࣖ ۝٢٠

alladzîna âtainâhumul-kitâba ya‘rifûnahû kamâ ya‘rifûna abnâ'ahum, alladzîna khasirû anfusahum fa hum lâ yu'minûn

Orang-orang yang telah Kami beri Kitab mengenalnya (Nabi Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan diri sendiri itu tidak beriman.

Sumber: KEMENAG RI

Ayat ini menambah keterangan tentang kebenaran kerasulan Nabi Muhammad, yaitu keterangan bahwa Ahli Kitab dari Yahudi dan Nasrani, sebenarnya mereka mengetahui bahwa nabi yang terakhir yang diutus Allah adalah Nabi Muhammad karena tanda-tanda kenabian beliau sangat jelas tercantum dalam kitab-kitab suci mereka. Diriwayatkan bahwa orang-orang kafir Mekah pergi ke Medinah menanyakan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani tentang sifat Muhammad. Tetapi mereka memungkiri bahwa dalam Taurat dan Injil terdapat berita tentang kenabian Muhammad. Berita tersebut sangat jelas sehingga mereka mengetahuinya dengan jelas pula sebagaimana mereka mengetahui anak-anak mereka sendiri. Allah menyatakan bahwa mereka telah merugikan diri mereka sendiri karena mereka tidak mempercayai kerasulan Muhammad, bahkan mengingkarinya dengan permusuhan. Oleh karena itu, mereka mengingkari apa yang mereka ketahui. Keingkaran pendeta-pendeta Yahudi itu sama alasannya dengan keingkaran orang-orang musyrik Mekah. Pendeta-pendeta Yahudi tidak mau beriman kepada Muhammad karena takut kehilangan martabat dan kedudukan di kalangan penganut agama mereka. Dalam pandangan Islam, semua orang sama kedudukannya. Tidak ada perbedaan antara pendeta dengan rakyat. Bila melakukan kesalahan yang sama, hukumnya akan serupa pula, tidak ada perbedaan antara ulama dengan rakyat umum. Demikian pula pemimpin-pemimpin Quraisy, mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad karena takut kehilangan martabat dan kedudukan. Bila mereka menganut agama Islam, mereka akan duduk sejajar dengan rakyat jelata dan orang-orang miskin, seperti Bilal dari Ethiopia (Habasyah) dan lain-lainnya. Mereka sendirilah yang merugikan diri sendiri. Kerugian mereka itu disebabkan kelemahan cita-cita dan kemauan mereka dan kehilangan pertimbangan akal sehat sehingga mereka mengingkari ilmu pengetahuan yang mereka miliki.