قَالَ اَرَاَيْتَ اِذْ اَوَيْنَآ اِلَى الصَّخْرَةِ فَاِنِّيْ نَسِيْتُ الْحُوْتَۖ وَمَآ اَنْسٰىنِيْهُ اِلَّا الشَّيْطٰنُ اَنْ اَذْكُرَهٗۚ وَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ عَجَبًا ٦٣
qâla a ra'aita idz awainâ ilash-shakhrati fa innî nasîtul-ḫûta wa mâ ansânîhu illasy-syaithânu an adzkurah, wattakhadza sabîlahû fil-baḫri ‘ajabâ
Dia (pembantunya) menjawab, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (bercerita tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuatku lupa untuk mengingatnya, kecuali setan. (Ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh.”
Sumber: KEMENAG RI
Dalam ayat ini, Yusya menjawab secara jujur bahwa ketika mereka beristirahat dan berlindung di batu tempat bertemunya dua laut, ikan itu telah hidup kembali dan menggelepar-gelepar, lalu masuk ke laut dengan cara yang sangat mengherankan. Namun, dia lupa dan tidak menceritakan kepada Nabi Musa a.s.. Kekhilafan ini bukan karena ia tidak bertanggung jawab, tetapi setan yang menyebabkannya.
Dia,;yaitu pembantunya,;menjawab, "Tahukah engkau;wahai guru;ketika kita;tengah;mencari tempat berlindung di batu tadi, untuk beristirahat,;maka aku lupa meninggalkan ikan itu lalu ikan itu;hilang mencebur ke laut,;dan tidak ada yang membuat aku lupa, yakni lupa kepada ikan dan menyebabkan aku meninggalkannya, atau aku lupa tidak menceritakan peristiwa ini kepadamu,;kecuali setan, dan;sungguh;ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.";Sungguh aneh, bagaimana ikan itu hidup lagi, lalu hilang mencebur ke laut, sehingga tak dapat ditemukan lagi.